Seorang Ibu & Anak Dipasung Selama Bertahun-tahun

Kamis, 11 Maret 2010
Seorang Ibu & Anak Dipasung Selama Bertahun-tahun

BLITAR - Gara-gara dianggap mengalami gangguan jiwa, seorang ibu dan anak asal Dusun Jemprong, Desa Bangsri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dipaksa hidup dalam pasungan.

Luapan emosi tanpa sebab yang dikhawatirkan bisa mengancam keselamatan orang lain, menjadi alasan utama keluarga bersepakat merantai sebelah kaki Ny Srigati (63). Selama 20 tahun lamanya, istri Ikhwanudin (70) ini menempati ruang sempit dan pengap di belakang rumahnya.

Di rumah pengasingan berukuran 3 x 5 meter tersebut, Srigati menghabiskan hari-harinya. Tidur, makan dan buang hajat di tempat yang sama. Pihak keluarga telah membuatkan WC yang tak jauh dari belenggu rantainya.

Untuk makan, sehari-hari Srigati hanya menunggu uluran tangan anaknya yang lain. Sebab, selain sakit-sakitan, suaminya Ikhwanudin mengalami kelumpuhan akibat usianya yang uzur.

Ironisnya, tidak berselang lama, Ny Sutiyani (27), putri bungsu Srigati juga mengalami kondisi serupa denganya. Kegagalan dalam membina bahtera rumah tangga membuat ibu dua anak ini kerap melamun dan menyendiri. Puncaknya, Sutiyani tertawa sendiri dan marah-marah tanpa sebab.

Seperti halnya memutuskan nasib Srigati, keluarga juga memasung Sutiyani dengan mengurungnya dalam kamar. Sudah 3 tahun lamanya, Sutiyani hidup dalam sekapan ruang berukuran 3 x 4 meter.

“Bedanya, kami tidak merantai seperti ibunya. Kami hanya takut dia kabur mencari suaminya,” tutur Ikhwanudin. Soal istrinya Srigati, dirinya tidak tahu pasti penyebab gangguan jiwanya.

Selain pengibatan alternatif, keluarga juga sempat membawa Srigati ke Rumah Sakit Jiwa Lawang Malang. Namun perawatan medis itu hanya mampu membuatnya normal selama 6 bulan.

“Setelah itu kambuh lagi. Bahkan anak saya yang saat itu masih kecil sempat dimasukkan karung dan hendak dibuang di sungai. Untungnya ada tetangga yang memergoki. Karena mengkhawatirkan jiwa itu, kami akhirnya memutuskan untuk merantainya,” terangnya.

Katijan, putra Ikhwanudin mengaku, jika keluarga sudah tidak memiliki solusi lagi selain memasung ibu dan adiknya. Sebab, sebagian besar harta habis hanya untuk biaya pengobatan keduanya. Terus terang kami tidak ada jalan keluar lagi. Karenanya keputusan terakhir hanya dikurung agar tidak mengganggu orang lain, ujarnya.

Beda dengan Srigati yang seolah menikmati pasungannya, Sutiyani menurut Katijan masih sering berusaha untuk kabur. Wanita dua orang anak itu terus mencari Ali Hawa, anak pertamanya yang dibawa mantan suaminya ke Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Selain itu Sutiyani juga mulai menolak mengenakan pakaiannya.

Sebelum dikurung dulu sempat kabur sampai Ngancar. Karenanya kami kurung ini supaya tidak lari, terang Katijan menambahkan dalam hal ini keluarga hanya bisa pasrah dan berharap ada uluran tangan dari pemerintah.(Solichan Arif/Koran SI/ful)

0 komentar:

Posting Komentar