Kartini ICT Indonesia Clara Yatini, Terilhami Tokoh Astronomi Wanita

Senin, 17 Mei 2010
JAKARTA - Terinspirasi dari seorang ahli astronomi wanita pertama di Indonesia, Clara Yono Yatini langsung jatuh cinta pada dunia astronomi.

Ya, saat masih dibangku SMA Negeri 1 Jember, Clara, demikian sapaan akrabnya, sangat mengagumi Dr Karlina Supeli, astronom wanita lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Waktu itu saya mengagumi beliau. Saya juga banyak membaca buku-bukunya," kenang Clara saat berbincang dengan Okezone. Sejak itu, menurut Clara, dirinya mulai memiliki ketertarikan yang besar di bidang astronomi.

Memasuki masa kuliah, Clara bertekad serius dengan minatnya tersebut. Hal itu dibuktikan olehnya dengan mengenyam pendidikan jenjang S1 di ITB, mengambil jurusan astronomi. Selepas lulus jenjang S1 di kampus yang berlokasi di Bandung tersebut, Clara mulai bekerja di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) selama dua tahun. "Setelah itu saya mendapatkan beasiswa melanjutkan S2 di Tohoku University, masih di bidang astronomi," terangnya.

Mengenyam pendidikan selama tiga tahun di negeri Sakura tidak membuat ibu dari dua orang anak ini lupa akan tanah kelahirannya. Setelah menyelesaikan jenjang S2, Clara memanfaatkan semua ilmu yang sudah didapuknya guna berkontribusi di bidang astronomi tanah air dan kembali bergabung di LAPAN.

Clara yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Aplikasi Geomagnet dan Magnet Antariksa LAPAN, mengaku sangat menikmati pekerjaannya saat ini, meski terkadang harus sampai menginap di kantor. "Saat melakukan pengamatan langit malam hari, saya mau tidak mau bermalam di kantor," ujarnya. Beruntung, Clara mendapat dukungan penuh dari suami serta putra putrinya. "Mereka sangat memahami pekerjaan saya. Pernah ketika saya harus melakukan penelitian malam hari, saya ajak anak-anak saya menginap di kantor. Jadi mereka tahu dan mengerti pekerjaan saya," kata Clara sambil tertawa renyah.

Dia juga mengaku bahwa setiap pengamatan yang dilakukannya memiliki kesan masing-masing. Menurutnya, pengalaman paling berkesan adalah ketika melakukan pengamatan gerhana Matahari pada 26 Januari 2009 di Anyer, Banten. "Antusiasme masyarakat sekitar sangat tinggi saat itu. Saya jadi tahu, ternyata banyak masyarakat yang tertarik dengan astronomi, namun mungkin sosialisasi bidang astronomi itu sendiri masih kurang," ucapnya.

Clara yang telah mengabdi di LAPAN sejak 1990, menepis anggapan mengenai dominasi kaum pria di bidang astronomi. "Tidak ada kendala soal gender. Kendalanya justru ya dibidang yang digeluti itu sendiri. Saat melakukan pengamatan, objeknya itu, seperti matahari misalnya, tidak dapat disentuh. Nah kendalanya adalah bagaimana saya sebagai peneliti menerjemahkan dan menyampaikannya ke masyarakat," kata Clara.

Menurutnya, saat ini astronom wanita di Indonesia, sudah sebanding jumlahnya dengan astronom pria. "Lulusannya sudah banyak, dan setengah dari mereka menekuni pekerjaan di bidang astronomi," ujar Clara seraya menambahkan, saat ini bukan lagi zamannya membeda-bedakan pekerjaan untuk wanita dan pria.

Menutup obrolan, Clara menyemangati para wanita Indonesia untuk pantang menyerah menekuni bidang yang diminati. "Para wanita yang ingin maju, tekuni bidang yang disukai, apa pun itu. Termasuk bagi mereka yang mencintai astronomi dan sains. Sekarang bukan lagi zamannya pemisahan gender," kata Clara.

Dia juga menambahkan, bagi dirinya, mencintai astronomi membuatnya menjadi ingin lebih mengenal dengan dekat alam semesta beserta isinya. (rah)

0 komentar:

Posting Komentar